PENGARUH MASSA HEWAN
TERHADAP FREKUENSI
PERNAPASAN
Diajukan sebagai tugas praktikum
biologi
Oleh :
1.Andriyani
Prasetiyowati
2.Badriatus
Saidah
3.Bima
Fajar Setiawan
4.Dhimas
Pradana Hari Saputra
Pemerintah Kabupaten Pati
Dinas
Pendidikan
Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Pati
Jln. Achmad Yani No.4 Pati Kode Pos 59112 Telepon: (0295)
381211-381
E-mail: sman2pati@yahoo.com
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Biologi dengan baik dan
lancar. Laporan Biologi Pengaruh massa hewan terhadap frekuensi
pernapasan disusun dalam rangka memenuhi tugas Biologi. Selain itu, percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pernapasan hewan
dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada
hewan pada saat bernapas.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan Karya Ilmiah ini, yaitu:
1.
Bapak Drs. Sutowo, M. Pd., selaku Kepala SMA Negeri 2 Pati yang telah memberikan izin percobaan .
2.
Ibu Eni Sulistyawati , S. Pd., selaku pembimbing
materi yang telah memberikan motivasi dan arahan.
3.
Berbagai pihak yang yang telah membantu penulisan laporan biologi ini.
Diharapkan laporan Biologi ini bermanfaat bagi
pembaca, pemerhati, dan pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Tiada gading yang tak retak. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca demi kesempurnaan tulisan di masa yang akan datang.
Pati, 8 Maret 2014
Penulis
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masalah
Setiap mahluk hidup
yang menmpati dunia ini , sejatinya mereka membutuhkan oksigen untuk bisa
bertahan hidup. Sama halnya dengan serangga khususnya jangkrik , mahluk ini
juga membutuhkan oksigen untuk tetap hidup . Serangga bernapas atau menghirup
oksigen menggunakan trakea. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada
di kerangka luar yang di sebut spirakel yang berbentuk pembuluh silindris yang
berlapis zat kitin dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel
memiliki katup yang dikontrol oleh otot sehingga dapat membuka dan menutup
secara teratur. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel,kemudian udara dari
spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea
bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat
mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Pada
setiap mahkluk hidup (manusia dan vertebrta)Dalam pernapasan di lakukan dua
tahap :
a.
pertukaran gas dari udara luar atau udara bebas ke dalam sel-sel darah pada
jaringan epitel selaput aveolus.pertukaran gas ini di kenal dengan Pernapasan
luar atau respirasi eksternal
b.
pertukaran gas daari sel-sel darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh.
Pertukaran gas ini di kenal dengan Pernapasan dalam atau Respirasi
internal
Respirasi
secara umum merupakan salah satu gejala fisiologis makhluk hidup untuk
memperoleh energi dengan cara pembongkaran sari makanan melalui pengambilan
oksigen (O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2).
Frekuensi pernafasan
mahluk hidup berbeda antar satu dengan yang lain. Frekuensi pernapasan
dipengaruholeh beberapa faktor antara lain: Jenis kelamin,umur,posisi
tubuh,kegiatan tubuh dan suhu tubuh. Dan untuk serangga sendiri frekuensi
pernapasannya berbeda antara serangga satu dengan serangga yang lain walaupun
satu spesies . Kita akan membandingkan serangga satu spesies namun berbeda
massanya . Di dalam praktikum ini, akan dijelaskan
bagaimana pernapasan atau respirasi pada hewan yakni jangkrik.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah
fungsi KOH/NaOH dalam percobaan?
2.
Apakah
fungsi eosin dalam percobaan?
3.
Faktor
apakah yang mempengaruhi pergeseran eosin?
4.
Manakah
laju pergeseran kedudukan eosin tercepat dari serangga yang anda uji?Mengapa
demikian?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut di atas bertujuan untuk :
1.
Mempelajari
pernapasan hewan
2.
Melihat
faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada hewan pada saat
bernapas.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman kepada siswa mengenai pernapasan pada hewan , khusunya serangga.
2.
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada siswa mengenai faktor yang
mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada hewan pada saat bernapas.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Bernafas
merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan
sering di sama artikan dengan istilah Respirasi, walau sebenarnya kedua istilah
tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti menghirup dan
menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar ke
dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan luar.
Sedangkan respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi)
senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel guna memperoleh energi.
Pada hewan
– hewan tingkat tinggi terdapat alat untuk proses pernafasan, yakni berupa paru
– paru, insang atau trakea, sementara pada hewan – hewan tingkat rendah dan
tumbuhan proses pertukaran udara tersebut dilakukan secara langsung dengan
difusi melalui permukaan sel–sel tubuhnya. Dari alat pernafasan, oksigen masih
harus di angkut oleh darah atau cairan tubuh ke seluruh sel tubuh yang
membutuhkan. Selanjutnya oksigen tersebut akan dimanfaatkan untuk oksidasi di
dalam sel guna menghasilkan energi.
Respirasi
bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat
diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan,
pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut
saling berhubungan karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari luar
(oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh
energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2)
dikelurkan melalui proses pernafasan.
Karena
hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus
sehingga oksigen dapat langsung masuk dengan cara difusi, maka sering kali
istilah pernafasan disamakan dengan istilah respirasi. Dengan demikian
perbedaan kedua istilah itu tidak mutlak.
Untuk
bernafas, hewan-hewan tertentu memiliki alat pernafasan. Alat-alat pernafasan
tersebut berperan dalam proses pemasukan oksigen dari lingkungan luar ke dalam
tubuh serta pengeluaran CO2 dari tubuh kelingkungan luar. Alat-alat pernafasan
pada hewan berbeda-beda sesuai dengan perkembangan struktur tubuh dan tempat
hidupnya. Hewan darat menggunakan paru-paru untuk bernafas dan pada kelompok
burung, paru-paru dilengkapi dengan kantong udara. Pada katak dewasa selain
menggunakan paru-paru juga menggunakan kulit untuk membantu pernafasan. Hewan
yang hidup diperairan (hewan akuatik), misalnya ikan dan udang mempunyai
insang. Serangga umumnya mempunyai alat perrnafasan berupa trakea dan hewan
invertebrata yang lain memiliki organ yang berbeda pula.
Alat
pernafasan hewan pada dasarnya berupa alat pemasukan dan alat pengangkutan
udara. Apabila alat pemasukan ke dalam tubuh tidak ada, maka pemasukan oksigen
dilakukan dengan cara difusi, misalnya pada protozoa. Pada cacing tanah,
oksigen masuk secara difusi melalui permukaan tubuh, kemudian masuk ke pembuluh
darah. Di dalam darah, oksigen di ikat oleh pigmen-pigmen darah, yaitu
hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Pada hewan lain, hemoglobin
terkandung di dalam sel darah merah (eritrosit).
Laju
metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi oleh tubuh per
satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi
merupakan proses ekstrasi energi dari molekul makanan yang bergantung pada
adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi
dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 +
6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
Oksigen
atau zat asam adalah adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang
mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan golongan unsur kalkogen dan
dapat dengan mudah bereaksi dengan semua unsur lainnya. Pada temperatur
standar, dua atom berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik
dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
Laju
respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a.
Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang
penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang
rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian
sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan
meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju
respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies
dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal
kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena
jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah
dari oksigen yang tersedia di udara.
b.
Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan
faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.Tipe dan
umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme,
dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada
masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih
tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang
sedang dalam masa pertumbuhan.
Serangga
mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk
mengengkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan
mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trschea memanjang dan bercabang-cabang menjadi
saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu,
pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi
atau darah.
Udara masuk
dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri
tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang
memanjang dan sebagian ke kantung hawa.
Pada
serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi
karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
Corong hawa
(trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda
lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar
(eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris
yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh.
Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan
menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka
selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen
dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju
pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi
cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan
dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan
dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara
trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan
kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal: adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.(lihat gambar sel respirasi). Laju diffusi diukur dengan rumus 1/d (sebagai suatu peristiwa diffusi pasif).
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal: adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.(lihat gambar sel respirasi). Laju diffusi diukur dengan rumus 1/d (sebagai suatu peristiwa diffusi pasif).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel dengan
devinisi operasional variabel (DOV)
1.
Variabel bebas : Massa serangga
Definisi
Operasional Variabel Bebas :
Serangga diambil dengan ukuran yang berbeda. Satu serangga dengan ukuran kecil
dan satu serangga dengan ukuran sedang.
2.
Variabel Kontrol : jenis
serangga
Definisi
Operasional Vaiabel Kontrol : jenis
serangga sama-sama jangrik
3.
Variabel Respon : Laju pernapasan serangga
Definisi
Operasional variabel : Laju pernapasan serangga/jangkrik dari
serangga massa 0,3gr dan 0,6gr
B. Rancangan
Penelitian
Kelompok
1 : Serangga dengan berat tubuh 0,3 gr
Kelompok
2 : Serangga dengan berat tubuh 0,6 gr
C. Sasaran
Penelitian
Populasi :
Serangga dengan spesies yang sama
Sampel : - Serangga dengan berat tubuh 0,3 gr
-
Serangga
dengan berat tubuh 0,6 g
-
D.
Alat dan Bahan
© Respirometer sederhana
© Timbangan
© 2 ekor serangga
© Kristal NaOH /KOH
© Eosin
© Vaselin
© Kapas
© Pipet
E. Cara Kerja
1. Bungkus Kristal KOH dengan kapas, lalu
masukkan dalam tabung respirometer.
2. Masukkan
belalang yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol respirometer, tutup
dengan pipa berkala.
3.
Oleskan vaselin plastisin pada celah penutup tabung.
4. Tutup ujung pipa yang berskala dengan
jari ± 1 menit, kemudian lepaskan dan masukkan setetes eosin dengan menggunakan
pipet.
5. Amati dan catat perubahan kedudukan
eosin pada pipa berskala setiap 2 menit selama10 menit.
6. Lakukan percobaan yang sama (1-5)
dengan menggunakan belalang yang berbeda ukuran.
F. Subyek
Penelitian
1. Tempat
pelaksanaan : Laboratorium Biologi SMA Negeri 2 Pati
2. Waktu
pelaksanaan :
a.Tahap 1 :
Pengambilan data atau eksperimen :26 Februari 2014
b.Tahap 2 :
Penyusunan laporan :8 Maret 2014
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A.
DATA
4.1 Tabel
pengamatan frekuensi pernapasan pada serangga
Jenis Hewan
|
Berat tubuh
hewan(gr)
|
Skala kedudukan
eosin tiap 2 menit
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
||
Jangkrik
|
0,3gr
|
0,22
|
0,33
|
0,38
|
0,45
|
0,48
|
Jangkrik
|
0,6gr
|
0,13
|
0,22
|
0,27
|
0,31
|
0,33
|
|
4.2
Grafik laju pergerakan freuensi pernapasan serangga
Pertanyaan
:
1.
Apakah
fungsi KOH/NaOH dalam percobaan?
2.
Apakah
fungsi eosin dalam percobaan?
3.
Fakttor
apakah yang memengaruhi pergeseran eosin?
4.
Manakah
laju pergeseran kedudukan eosin tercepat dari serangga yang anda uji?Mengapa
demikian?
Jawab :
1.
Fungsi dari Kristal KOH/NaOH pada
percobaan yaitu sebagai pengikat CO2 agar tekanan dalam respirometer
menurun. Jika tidak diikat maka tekanan parsial gas dalam respirometer akan
tetap dan eosin tidak bisa bergerak. Akibatnya volume oksigen yang dihirup
serangga tidak bisa diukur. Kristal KOH/NaOH dapat mengikat CO2
karena bersifat higroskopis. Reaksi antara KOH dengan CO2, sebagai
berikut:
(i)
KOH + CO2 → KHCO3
(ii)
KHCO3 + KOH → K2CO3 + H2O
2.
Fungsi eosin adalah sebagai indikator
oksigen yang dihirup oleh organisme percobaan (jangkrik) pada respirometer.
Saat jangkrik menghirup oksigen maka terjadi penurunan tekanan gas dalam
respirometer sehingga eosin bergerak masuk ke arah respirometer.
3.
Aktor
yang mempengaruhi pergeseran eosin ialah konsumsi oksigen oleh serangga didalam
tabung. Eosin bergerak ke arah tabung spesimen ke dalam karena adanya
penyusutan volume udara dalam tabung tersusut tersebut . Karena oksigen
dihirup oleh jangkrik kemudian karbondioksida diserap NaOH. Begitu terus
sehingga udara dalam tabung berkurang dan eosin bergerak ke dalam.
4.
Laju
pergerakan eosin yang paling cepat ialah jangkrik dengan ukuran tubuh yang
kecilyaitu 0,3 gr. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti jenis kelamin serangga, suhu ruangan , dan juga kesehatan atau
kebugaran dari serangga besar yang seharusnya frekuensi pernapasannya lebih
cepat. Dan kami menduga jika serangga yang lebih kecil frekuensi pernapasannya
lebih cepat karena aktivitas yang dilakukan sebelum dimasukkan dalam tabung.
Dan juga hal ini bisa terjai kaarena saat kami memasukkan serangga yang besar
mungkin ada air dalam respirometer yang menghambat laju
respirasi.
B.
PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan
didapatkan analisis data pengamatan yang berupa kenaikan dan penurunan laju
pernafasan pada percobaan.
Pada percobaan pertama yang kami lakukan
di 2 menit pertama pada jangkrik yang bertubuh kecil didapatkan perpindahan
titik eosin ( tinta) yang menujukkan skala 0,22 ml dengan perlakukan yang sama
di menit yang ke-4 menunjukkan skala
0,33 ml yang mana terjadi pertambahan 0,5 ml lalu di menit ke -6 tinta (eosin)
bergeser ke 0,38 ml yang mana terjadi pertamabahan sebesar 0,07ml dari 2 menit
sebelumnya, kami mengujinya lagi di menit ke 8 yang mana masih terjadi laju
perpindahan tinta menunjuk ke skala 0,45 ml yang juga terjadi pertambahan
sebanyak 0,03 ml dari skala awal. Untuk pengujian di menit ke 10 kami melihat
masih terjadi pergerakan eosin dari skala 0,45ml menuju ke skala 0,48 ml dengan
pertambahan skala 0,03 ml.
Pada percobaan ke kedua kami melakukan
hal yang sama dengan percobaan yang pertama dengan tempat, bahan dan alat yang
sama kami melakukan pengujian tetapi dengan object yang berbeda yaitu jangkrik
yang ukurannya lebih besar, pada 2 menit pertama kami melihat skala yang di
tunjukkan oleh eosin adalah 0,13 ml pada menit ke 4 kami melihat pergerakan
eosin menuju ke skala 0,22 ml yang mana terjadi pertambahan 0,09ml. Pada menit
ke -6 kami mengamati lagi dan eosin menunjukkan skala 0,27 ml sehingga terjadi
pertambahan 0,05ml pada menit ke-6. Kami mengamati kembali di menit ke-8 eosin
menunjukkan skala 0,31ml itu menunjukkan pertambahan sebesar 0,04ml yang
kemudian di menit ke 10 kami mengamati eosin menunjukkan skala 0,33ml dan terlihat
pertambahan sekitar 0,02 ml.
Maksud dari penggunaan KOH berbentuk
kristal pada percobaan diatas ini adalah
sebagai pengikat gas hasil respirasi dari serangga yaitu gas CO2 yang
dihembuskan ke ruangan respirometer. Penggunaan eosin atau tinta pada percobaan
dapat menunjukkan skala oksigen yang di gunakan pada proses respirasi jangkrik.
Yang mana oksigen di dalam repirometer tersebut dapat dihitung dari skala yang
ada melalui pergerakannya. saat eosin
bergerak maka dapat diketahui jika jangkrik sedang mulai bernafas atau
menghirup O2 bebas yang tersedia di respirometer. Kecepatan
pernafasannya per 2 menit dapat dilihat dari pergerakan yang ada pada titik
awal skala sampai titik akhir skala . Pada keduanya jangkrik yang besar ataupun
yang kecil laju pernafasannya melambat setelah menit ke 6 sampai ke 10 ini
diakibatkan oleh kondisi O2 yang semakin lama semakin berkurang di
ruang respirometer. Pada jangkrik yang berubuh besar kebutuhan oksigennya lebih
banyak dapat dilihat dari data pengamatan skalanya jauh lebih cepat di banding
jangkrik yang bertubuh kecil. Disini massa atau berat tubuh jangkrik sangat
mempengaruhi. Semakin besar tubuh jangkrik atau organisme maka semakin banyak O2
yang dibuthkan untuk proses respirasi berarti ukuran tubuh berbanding lurus
dengan kebutuhan oksigen.
Dalam percobaan ini, khususnya pada
percobaan yang menggunakan respirometer, digunakan NaOH. Fungsi dari
larutan ini adalah untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari larutan Brodie
benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen.
Setelah itu spesimen dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup dengan bagian yang berskala rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa berskala diberi setetes eosin. Eosin ini akan bergerak ke arah tabung spesimen karena terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen) sebagai akibat pernapasan, yaitu O2 diserap, CO2 dihembuskan tetapi lalu diserap oleh NaOH. Kecepatan eosin itu bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme yang diselidiki.
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi organisme tertentu dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil adalah lama pernapasan. Dalam percobaan ini diambil tiap 2 menit sekali dan jarak yang ditempuh oleh eosin yang bergerak. Pada hitungan kenaikan interval kedua, dicari dengan interval 2 dikurangi interval 1 dan begitu seterusnya untuk mencari kenaikan nilai interval berikutnya.
Keberhasilan percobaan atau eksperimen ini tergantung tergantung pada bocor tidaknya alat atau tidak rapat. Pada percobaan ini, hubungan antara tabung dan bagian berskala diberi vaselin. Tujuan pemberian vaselin yaitu agar hubungan antara tabung dan bagian bersekala licin serta udara tidak dapat keluar masuk. Pada percobaan ini, perubahan suhu udara menyebabkan titik air yang sudah bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu percobaan ini diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar. Sebaliknya bila suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
Sebelum disimpan, spesimen hewan dikembalikan ke tempatnya dan NaOH yang biasanya meleleh segera dikeluarkan dan tabung dicuci bersih. Jika kurang bersih dan tabung tertutup, maka akan terjadi respirometer tak dapat dibuka lagi, karena merekat oleh NaOH.
Setelah itu spesimen dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup dengan bagian yang berskala rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa berskala diberi setetes eosin. Eosin ini akan bergerak ke arah tabung spesimen karena terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen) sebagai akibat pernapasan, yaitu O2 diserap, CO2 dihembuskan tetapi lalu diserap oleh NaOH. Kecepatan eosin itu bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme yang diselidiki.
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi organisme tertentu dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil adalah lama pernapasan. Dalam percobaan ini diambil tiap 2 menit sekali dan jarak yang ditempuh oleh eosin yang bergerak. Pada hitungan kenaikan interval kedua, dicari dengan interval 2 dikurangi interval 1 dan begitu seterusnya untuk mencari kenaikan nilai interval berikutnya.
Keberhasilan percobaan atau eksperimen ini tergantung tergantung pada bocor tidaknya alat atau tidak rapat. Pada percobaan ini, hubungan antara tabung dan bagian berskala diberi vaselin. Tujuan pemberian vaselin yaitu agar hubungan antara tabung dan bagian bersekala licin serta udara tidak dapat keluar masuk. Pada percobaan ini, perubahan suhu udara menyebabkan titik air yang sudah bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu percobaan ini diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar. Sebaliknya bila suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
Sebelum disimpan, spesimen hewan dikembalikan ke tempatnya dan NaOH yang biasanya meleleh segera dikeluarkan dan tabung dicuci bersih. Jika kurang bersih dan tabung tertutup, maka akan terjadi respirometer tak dapat dibuka lagi, karena merekat oleh NaOH.
Faktor-
faktor yang mempengaruhi laju respirasi:
1. Jenis kelamin
Belalang atau jangkrik betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
2. Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
3. Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
4. Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trakea yang berfungsi untuk mengangkut dan mngedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
5. Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding terbalik. Karena setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar. Melebihi dari Berat tubuh. Pada hasil di atas jelas sekali bahwa ukuran tubuh mempegaruhi laju pernapasan, semakin kecil ukuran dan berat tubuh maka semakin cepat pernapasannya. Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada jangkrik besar tidak sebagaimana mestinya. Karena pada jangkrik yang berukuran besar melakukan aktifitas yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan,sehingga membutuhkan banyak pernafasan dan oksigen. Ternyata aktifitas yang banyak bergerak dari jangkrik juga memengaruhi laju pernapasan
1. Jenis kelamin
Belalang atau jangkrik betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
2. Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
3. Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
4. Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trakea yang berfungsi untuk mengangkut dan mngedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
5. Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding terbalik. Karena setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar. Melebihi dari Berat tubuh. Pada hasil di atas jelas sekali bahwa ukuran tubuh mempegaruhi laju pernapasan, semakin kecil ukuran dan berat tubuh maka semakin cepat pernapasannya. Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada jangkrik besar tidak sebagaimana mestinya. Karena pada jangkrik yang berukuran besar melakukan aktifitas yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan,sehingga membutuhkan banyak pernafasan dan oksigen. Ternyata aktifitas yang banyak bergerak dari jangkrik juga memengaruhi laju pernapasan
Banyak sumber menjelaskan semakin besar
serangga maka laju frekuensi pernapasan dari serangga itu semakin cepat. Namun
ini berbeda dari hasil pengamatan kelompok kami. Justru serangga yang lebih
kecil frekuensi pernapasannya lebih cepat. Ini memang bisa terjadi karena
aktivitas serangga sebelum di masukkan di tabung. Namun, kami juga menduga ada
faktor yang lain seperti :
Adanya
air dalam respirometer yang menghambat laju respirasi, saat serangga besar di
masukkan dalam tabung
Serangga
yang digunakan sudah tidak bugar/ sehat atau serangga diambil sehari sebelum
praktikum
BAB
V
PENUTUP
Kesimpulan :
1.
Jankrik
bernafas dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
2. Fungsi
dari KOH dalam percobaan adalah untuk mengikat gas buangan karbondioksida dari
pernafasan jangkrik.
3.
Fungsi
eosin pada percobaan sebagai petunjuk laju kecepatan pernafasan.
4.
faktor
– faktor yang mempengaruhi pernafasan pada jangkrik dan belalang adalah ukuran
atau berat badan tubuh jangkrik dan belalang, ketersediaan oksigen yang cukup
dalam ruangan (respirometer), suhu ruangan , kondisi kesehatan jangrik . Dan
juga adanya air dalam tabung respirometer yang dapat memperlambat laju
respirasi
Daftar
Pustaka
BUKU BIOLOGI XI
Ø Aryulina, Diah., Choirul Muslim dan Syalfinaf Manaf.2010.Biology 2B for Senior High School Grade XI
Semester 2.Jakarta:Esis.
Ø Syamsuri, Istamar.,dkk.2007.Biologi untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Erlangga.
Ø Reza Fredo Simarmata. Praktikum Respirasi Serangga. (Online).
(http://biologipedia.blogspot.com/2012/03/praktikum-respirasi-serangga.html/, diakses pada hari Kamis, 07 Februari 2013, pukul 14.45).
Tagged by: http://andriyaniprasetiyowati.blogspot.com
Lampiran :