Minggu, 09 Maret 2014



PENGARUH  MASSA HEWAN
TERHADAP FREKUENSI PERNAPASAN
                      Diajukan sebagai tugas praktikum biologi



 










               Oleh                  :
1.Andriyani Prasetiyowati
2.Badriatus Saidah
3.Bima Fajar Setiawan
4.Dhimas Pradana Hari Saputra
Pemerintah Kabupaten Pati
Dinas Pendidikan
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pati
Jln. Achmad Yani No.4 Pati Kode Pos 59112 Telepon: (0295) 381211-381
http: www.sma2pati.sch.id Faximile: (0295) 381211

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Biologi dengan baik dan lancar. Laporan Biologi  Pengaruh massa hewan terhadap frekuensi pernapasan disusun dalam rangka memenuhi tugas Biologi. Selain itu, percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pernapasan hewan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada hewan pada saat bernapas.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan Karya Ilmiah ini, yaitu:
1.        Bapak Drs. Sutowo, M. Pd., selaku Kepala SMA Negeri 2 Pati yang telah memberikan izin percobaan .
2.        Ibu Eni Sulistyawati , S. Pd., selaku pembimbing materi yang telah memberikan motivasi dan arahan.
3.        Berbagai pihak yang yang telah membantu penulisan laporan biologi ini.
Diharapkan laporan Biologi ini bermanfaat bagi pembaca, pemerhati, dan pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Tiada gading yang tak retak. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan tulisan di masa yang akan datang.

Pati, 8 Maret 2014
Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang masalah
Setiap mahluk hidup yang menmpati dunia ini , sejatinya mereka membutuhkan oksigen untuk bisa bertahan hidup. Sama halnya dengan serangga khususnya jangkrik , mahluk ini juga membutuhkan oksigen untuk tetap hidup . Serangga bernapas atau menghirup oksigen menggunakan trakea. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar yang di sebut spirakel yang berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel memiliki katup yang dikontrol oleh otot sehingga dapat membuka dan menutup secara teratur. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel,kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Pada setiap mahkluk hidup (manusia dan vertebrta)Dalam pernapasan di lakukan dua tahap :
a. pertukaran gas dari udara luar atau udara bebas ke dalam sel-sel darah pada jaringan epitel selaput aveolus.pertukaran gas ini di kenal dengan Pernapasan luar atau respirasi eksternal  
b. pertukaran gas daari sel-sel darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh. Pertukaran gas ini di kenal dengan Pernapasan dalam atau Respirasi internal
Respirasi secara umum merupakan salah satu gejala fisiologis makhluk hidup untuk memperoleh energi dengan cara pembongkaran sari makanan melalui pengambilan oksigen (O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2).
Frekuensi pernafasan mahluk hidup berbeda antar satu dengan yang lain. Frekuensi pernapasan dipengaruholeh beberapa faktor antara lain: Jenis kelamin,umur,posisi tubuh,kegiatan tubuh dan suhu tubuh. Dan untuk serangga sendiri frekuensi pernapasannya berbeda antara serangga satu dengan serangga yang lain walaupun satu spesies . Kita akan membandingkan serangga satu spesies namun berbeda massanya . Di dalam praktikum ini, akan dijelaskan bagaimana pernapasan atau respirasi pada hewan yakni jangkrik.
B.         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan sebagai berikut  :       
1.      Apakah fungsi KOH/NaOH dalam percobaan?
2.      Apakah fungsi eosin dalam percobaan?
3.      Faktor apakah yang mempengaruhi pergeseran eosin?
4.      Manakah laju pergeseran kedudukan eosin tercepat dari serangga yang anda uji?Mengapa demikian?
C.  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas bertujuan untuk :
1.      Mempelajari pernapasan hewan
2.      Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada hewan pada saat bernapas.
D.   Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1.        Penelitian ini diharapkan dapat  memberikan pemahaman kepada siswa mengenai pernapasan pada hewan , khusunya serangga.
2.        Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada siswa mengenai faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada hewan pada saat bernapas.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bernafas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan sering di sama artikan dengan istilah Respirasi, walau sebenarnya kedua istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel guna memperoleh energi.
Pada hewan – hewan tingkat tinggi terdapat alat untuk proses pernafasan, yakni berupa paru – paru, insang atau trakea, sementara pada hewan – hewan tingkat rendah dan tumbuhan proses pertukaran udara tersebut dilakukan secara langsung dengan difusi melalui permukaan sel–sel tubuhnya. Dari alat pernafasan, oksigen masih harus di angkut oleh darah atau cairan tubuh ke seluruh sel tubuh yang membutuhkan. Selanjutnya oksigen tersebut akan dimanfaatkan untuk oksidasi di dalam sel guna menghasilkan energi.
Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2) dikelurkan melalui proses pernafasan.
Karena hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus sehingga oksigen dapat langsung masuk dengan cara difusi, maka sering kali istilah pernafasan disamakan dengan istilah respirasi. Dengan demikian perbedaan kedua istilah itu tidak mutlak.
Untuk bernafas, hewan-hewan tertentu memiliki alat pernafasan. Alat-alat pernafasan tersebut berperan dalam proses pemasukan oksigen dari lingkungan luar ke dalam tubuh serta pengeluaran CO2 dari tubuh kelingkungan luar. Alat-alat pernafasan pada hewan berbeda-beda sesuai dengan perkembangan struktur tubuh dan tempat hidupnya. Hewan darat menggunakan paru-paru untuk bernafas dan pada kelompok burung, paru-paru dilengkapi dengan kantong udara. Pada katak dewasa selain menggunakan paru-paru juga menggunakan kulit untuk membantu pernafasan. Hewan yang hidup diperairan (hewan akuatik), misalnya ikan dan udang mempunyai insang. Serangga umumnya mempunyai alat perrnafasan berupa trakea dan hewan invertebrata yang lain memiliki organ yang berbeda pula.
Alat pernafasan hewan pada dasarnya berupa alat pemasukan dan alat pengangkutan udara. Apabila alat pemasukan ke dalam tubuh tidak ada, maka pemasukan oksigen dilakukan dengan cara difusi, misalnya pada protozoa. Pada cacing tanah, oksigen masuk secara difusi melalui permukaan tubuh, kemudian masuk ke pembuluh darah. Di dalam darah, oksigen di ikat oleh pigmen-pigmen darah, yaitu hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Pada hewan lain, hemoglobin terkandung di dalam sel darah merah (eritrosit).

Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstrasi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
 C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
Oksigen atau zat asam adalah adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan golongan unsur kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan semua unsur lainnya. Pada temperatur standar, dua atom berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a.       Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
b.      Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengengkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trschea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.
Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa.
Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal: adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.(lihat gambar sel respirasi). Laju diffusi diukur dengan rumus 1/d (sebagai suatu peristiwa diffusi pasif).



BAB III
METODE PENELITIAN

A.  Variabel dengan devinisi operasional variabel (DOV)
1.        Variabel bebas                                          :  Massa serangga
Definisi Operasional Variabel Bebas              : Serangga diambil dengan ukuran yang berbeda. Satu serangga dengan ukuran kecil dan satu serangga dengan ukuran sedang.
2.        Variabel Kontrol                                      : jenis serangga
Definisi Operasional Vaiabel Kontrol : jenis serangga sama-sama jangrik
3.        Variabel Respon                                      :  Laju pernapasan serangga
Definisi Operasional variabel              :  Laju pernapasan serangga/jangkrik dari serangga massa 0,3gr dan 0,6gr
B.  Rancangan Penelitian
Kelompok 1    : Serangga dengan berat tubuh 0,3 gr
Kelompok 2    : Serangga dengan berat tubuh 0,6 gr
C.  Sasaran Penelitian    
Populasi           : Serangga dengan spesies yang sama
Sampel            : -    Serangga dengan berat tubuh 0,3 gr
-          Serangga dengan berat tubuh 0,6 g
-           
D.    Alat dan Bahan

©      Respirometer sederhana
©      Timbangan
©      2 ekor serangga
©      Kristal NaOH /KOH
©      Eosin
©      Vaselin
©      Kapas
©      Pipet

E.     Cara Kerja

1.  Bungkus Kristal KOH dengan kapas, lalu masukkan dalam tabung        respirometer.
2.   Masukkan belalang yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol respirometer, tutup dengan pipa berkala.
3.       Oleskan vaselin plastisin pada celah penutup tabung.
4.      Tutup ujung pipa yang berskala dengan jari ± 1 menit, kemudian lepaskan dan masukkan setetes eosin dengan menggunakan pipet.
5.      Amati dan catat perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala setiap 2 menit selama10 menit.
6.         Lakukan percobaan yang sama (1-5) dengan menggunakan belalang yang berbeda ukuran.


F.         Subyek  Penelitian
1.         Tempat pelaksanaan    :   Laboratorium Biologi SMA Negeri 2 Pati
2.         Waktu pelaksanaan     :  
            a.Tahap 1         :  Pengambilan data atau eksperimen :26 Februari 2014
            b.Tahap 2        :  Penyusunan laporan :8 Maret 2014



BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

A.    DATA
4.1  Tabel pengamatan frekuensi pernapasan pada serangga
Jenis Hewan
Berat tubuh hewan(gr)
Skala kedudukan eosin tiap 2 menit
I
II
III
IV
V
Jangkrik
0,3gr
0,22
0,33
0,38
0,45
0,48
Jangkrik
0,6gr
0,13
0,22
0,27
0,31
0,33


4.2 Grafik laju pergerakan freuensi pernapasan serangga





Pertanyaan :
1.      Apakah fungsi KOH/NaOH dalam percobaan?
2.      Apakah fungsi eosin dalam percobaan?
3.      Fakttor apakah yang memengaruhi pergeseran eosin?
4.      Manakah laju pergeseran kedudukan eosin tercepat dari serangga yang anda uji?Mengapa demikian?
Jawab  :
1.      Fungsi dari Kristal KOH/NaOH pada percobaan yaitu sebagai pengikat CO2 agar tekanan dalam respirometer menurun. Jika tidak diikat maka tekanan parsial gas dalam respirometer akan tetap dan eosin tidak bisa bergerak. Akibatnya volume oksigen yang dihirup serangga tidak bisa diukur. Kristal KOH/NaOH dapat mengikat CO2 karena bersifat higroskopis. Reaksi antara KOH dengan CO2, sebagai berikut:
(i) KOH + CO2 → KHCO3
(ii) KHCO3 + KOH → K2CO3 + H2O
2.      Fungsi eosin adalah sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme percobaan (jangkrik) pada respirometer. Saat jangkrik menghirup oksigen maka terjadi penurunan tekanan gas dalam respirometer sehingga eosin bergerak masuk ke arah respirometer.
3.      Aktor yang mempengaruhi pergeseran eosin ialah konsumsi oksigen oleh serangga didalam tabung. Eosin bergerak ke arah tabung spesimen ke dalam karena adanya penyusutan volume  udara dalam  tabung tersusut tersebut . Karena oksigen dihirup oleh jangkrik kemudian karbondioksida diserap NaOH. Begitu terus sehingga udara dalam tabung berkurang dan eosin bergerak ke dalam.
4.      Laju pergerakan eosin yang paling cepat ialah jangkrik dengan ukuran tubuh yang kecilyaitu 0,3 gr. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin serangga, suhu ruangan , dan juga kesehatan atau kebugaran dari serangga besar yang seharusnya frekuensi pernapasannya lebih cepat. Dan kami menduga jika serangga yang lebih kecil frekuensi pernapasannya lebih cepat karena aktivitas yang dilakukan sebelum dimasukkan dalam tabung. Dan juga hal ini bisa terjai kaarena saat kami memasukkan serangga yang besar mungkin ada air dalam respirometer yang menghambat laju respirasi.

B.     PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan didapatkan analisis data pengamatan yang berupa kenaikan dan penurunan laju pernafasan pada percobaan.
Pada percobaan pertama yang kami lakukan di 2 menit pertama pada jangkrik yang bertubuh kecil didapatkan perpindahan titik eosin ( tinta) yang menujukkan skala 0,22 ml dengan perlakukan yang sama di menit yang ke-4  menunjukkan skala 0,33 ml yang mana terjadi pertambahan 0,5 ml lalu di menit ke -6 tinta (eosin) bergeser ke 0,38 ml yang mana terjadi pertamabahan sebesar 0,07ml dari 2 menit sebelumnya, kami mengujinya lagi di menit ke 8 yang mana masih terjadi laju perpindahan tinta menunjuk ke skala 0,45 ml yang juga terjadi pertambahan sebanyak 0,03 ml dari skala awal. Untuk pengujian di menit ke 10 kami melihat masih terjadi pergerakan eosin dari skala 0,45ml menuju ke skala 0,48 ml dengan pertambahan skala 0,03 ml.
Pada percobaan ke kedua kami melakukan hal yang sama dengan percobaan yang pertama dengan tempat, bahan dan alat yang sama kami melakukan pengujian tetapi dengan object yang berbeda yaitu jangkrik yang ukurannya lebih besar, pada 2 menit pertama kami melihat skala yang di tunjukkan oleh eosin adalah 0,13 ml pada menit ke 4 kami melihat pergerakan eosin menuju ke skala 0,22 ml yang mana terjadi pertambahan 0,09ml. Pada menit ke -6 kami mengamati lagi dan eosin menunjukkan skala 0,27 ml sehingga terjadi pertambahan 0,05ml pada menit ke-6. Kami mengamati kembali di menit ke-8 eosin menunjukkan skala 0,31ml itu menunjukkan pertambahan sebesar 0,04ml yang kemudian di menit ke 10 kami mengamati eosin menunjukkan skala 0,33ml dan terlihat pertambahan sekitar 0,02 ml.
Maksud dari penggunaan KOH berbentuk kristal  pada percobaan diatas ini adalah sebagai pengikat gas hasil respirasi dari serangga yaitu gas CO2 yang dihembuskan ke ruangan respirometer. Penggunaan eosin atau tinta pada percobaan dapat menunjukkan skala oksigen yang di gunakan pada proses respirasi jangkrik. Yang mana oksigen di dalam repirometer tersebut dapat dihitung dari skala yang ada melalui pergerakannya.  saat eosin bergerak maka dapat diketahui jika jangkrik sedang mulai bernafas atau menghirup O2 bebas yang tersedia di respirometer. Kecepatan pernafasannya per 2 menit dapat dilihat dari pergerakan yang ada pada titik awal skala sampai titik akhir skala . Pada keduanya jangkrik yang besar ataupun yang kecil laju pernafasannya melambat setelah menit ke 6 sampai ke 10 ini diakibatkan oleh kondisi O2 yang semakin lama semakin berkurang di ruang respirometer. Pada jangkrik yang berubuh besar kebutuhan oksigennya lebih banyak dapat dilihat dari data pengamatan skalanya jauh lebih cepat di banding jangkrik yang bertubuh kecil. Disini massa atau berat tubuh jangkrik sangat mempengaruhi. Semakin besar tubuh jangkrik atau organisme maka semakin banyak O2 yang dibuthkan untuk proses respirasi berarti ukuran tubuh berbanding lurus dengan kebutuhan oksigen. 
Dalam percobaan ini, khususnya pada percobaan yang menggunakan respirometer,  digunakan NaOH. Fungsi dari larutan ini adalah untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari larutan Brodie benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen.
Setelah itu spesimen dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup dengan bagian yang berskala rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa berskala diberi setetes eosin. Eosin ini akan bergerak ke arah tabung spesimen karena terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen) sebagai akibat pernapasan, yaitu O2 diserap, CO2 dihembuskan tetapi lalu diserap oleh NaOH. Kecepatan eosin itu bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme yang diselidiki.
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi organisme tertentu dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil adalah lama pernapasan.  Dalam percobaan ini diambil tiap 2 menit sekali dan jarak yang ditempuh oleh eosin yang bergerak. Pada hitungan kenaikan interval kedua, dicari dengan interval 2 dikurangi interval 1 dan begitu seterusnya untuk mencari kenaikan nilai interval berikutnya.
Keberhasilan percobaan atau eksperimen ini tergantung tergantung pada bocor tidaknya alat atau tidak rapat. Pada percobaan ini, hubungan antara tabung dan bagian berskala diberi vaselin. Tujuan pemberian vaselin  yaitu agar hubungan antara tabung dan bagian bersekala licin serta udara tidak dapat keluar masuk. Pada percobaan ini, perubahan suhu udara menyebabkan titik air yang sudah bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu percobaan ini diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar. Sebaliknya bila suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
Sebelum disimpan, spesimen hewan dikembalikan ke tempatnya dan NaOH yang biasanya meleleh segera dikeluarkan dan tabung dicuci bersih. Jika kurang bersih dan tabung tertutup, maka akan terjadi respirometer tak dapat dibuka lagi, karena merekat oleh NaOH.
Faktor- faktor yang mempengaruhi laju respirasi:   
1.    Jenis kelamin
Belalang atau jangkrik  betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
2.  Ketinggian
       Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
3. Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
4. Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trakea yang berfungsi untuk mengangkut dan mngedarkan O2  ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
5. Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding terbalik. Karena setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar. Melebihi dari Berat tubuh. Pada hasil di atas jelas sekali bahwa ukuran tubuh mempegaruhi laju pernapasan, semakin kecil ukuran dan berat tubuh maka semakin cepat pernapasannya. Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada jangkrik besar tidak sebagaimana mestinya. Karena pada jangkrik yang berukuran besar melakukan aktifitas yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan,sehingga membutuhkan banyak pernafasan dan oksigen. Ternyata aktifitas yang banyak bergerak dari jangkrik juga memengaruhi laju pernapasan


Banyak sumber menjelaskan semakin besar serangga maka laju frekuensi pernapasan dari serangga itu semakin cepat. Namun ini berbeda dari hasil pengamatan kelompok kami. Justru serangga yang lebih kecil frekuensi pernapasannya lebih cepat. Ini memang bisa terjadi karena aktivitas serangga sebelum di masukkan di tabung. Namun, kami juga menduga ada faktor yang lain seperti :
Adanya air dalam respirometer yang menghambat laju respirasi, saat serangga besar di masukkan dalam tabung
Serangga yang digunakan sudah tidak bugar/ sehat atau serangga diambil sehari sebelum praktikum


BAB V
PENUTUP

Kesimpulan        :

1.      Jankrik bernafas dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
2.     Fungsi dari KOH dalam percobaan adalah untuk mengikat gas buangan karbondioksida dari pernafasan jangkrik.
3.      Fungsi eosin pada percobaan sebagai petunjuk laju kecepatan pernafasan.
4.      faktor – faktor yang mempengaruhi pernafasan pada jangkrik dan belalang adalah ukuran atau berat badan tubuh jangkrik dan belalang, ketersediaan oksigen yang cukup dalam ruangan (respirometer), suhu ruangan , kondisi kesehatan jangrik . Dan juga adanya air dalam tabung respirometer yang dapat memperlambat laju respirasi


Daftar Pustaka

BUKU BIOLOGI XI
Ø  Aryulina, Diah., Choirul Muslim dan Syalfinaf Manaf.2010.Biology 2B for Senior High School Grade XI Semester 2.Jakarta:Esis.
Ø  Syamsuri, Istamar.,dkk.2007.Biologi untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Erlangga.
Ø  Reza Fredo Simarmata. Praktikum Respirasi Serangga. (Online). (http://biologipedia.blogspot.com/2012/03/praktikum-respirasi-serangga.html/, diakses pada hari Kamis, 07 Februari 2013, pukul 14.45).
Tagged by: http://andriyaniprasetiyowati.blogspot.com


Lampiran           :